Senin, 31 Januari 2011

Bunda Penolong Abadi


Dalam kisah terdahulu digambarkan kejayaan Yesus sebagai pengusir setan (Mrk 5:1-20). Orang Gerasa yang kerasukan itu sungguh tidak berdaya terhadap Iblis yang merasuki dirinya. Namun, justru orang yang malang itu menjadi rasul pertama di daerah Gerasa yang sama sekali tidak mau tahu Tuhan.

Dalam kisah liturgi hari ini (Mrk 5:21-43), digambarkan kuasa Yesus atas penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi, dan atas kematian yang menurut banyak orang mirip pintu yang sekali dilewati, tidak bisa dibuka lagi.


Yang paling menarik dalam kisah ini ialah soal percaya/iman. Kepada perempuan yang sudah selama 12 tahun menderita pendarahan, Yesus bersabda, "Hai putri-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau!" (ayat 34). Kepada ayah yang baru saja diberitahu bahwa putrinya sudah meninggal, Yesus bersabda, "Jangan takut, percaya saja!" (ayat 36).


Selain itu, kedua kisah ini mirip suatu "tenunan" yang utuh. Sebab dalam keduanya berkali-kali muncul kata "selamat", "menyelamatkan", "sembuh", "menyentuh", "meletakkan tangan", "memegang tangan"... Baik kata "percaya", maupun kata "selamat" dan "menyentuh" saling melengkapi sebab menggambarkan intisari iman dan sekaligus kekuatan dahsyat iman itu. Iman bisa diartikan sebagai "menyentuh" Yesus yang berkuasa menyelamatkan manusia dari kematian sekalipun.


Baik perempuan yang menderita pendarahan maupun gadis berusia 12 tahun "mewakili" semua manusia. Melalui dosa, sejak masa kecil, setiap orang merugikan dirinya, sebab setiap dosa menjauhkan dari Tuhan, pemberi kehidupan. Tetapi, begitu manusia menyentuh Tuhan kembali, ia selamat, sebab hanya Tuhanlah kehidupannya.


Orang berdosa sesungguhnya mati perlahan-lahan, padahal dalam lubuk hatinya ada kerinduan kuat untuk hidup, untuk mencintai dan dicintai. Seandainya Tuhan tidak datang kepadanya dan tidak menyentuh tangannya, ia pasti akan mati tanpa harapan. Tetapi manusia yang mencintai Tuhan, dan berusaha mencintai-Nya seperti Dia mencintainya, pasti tidak pernah akan mati.


Apa artinya "menyentuh" atau "disentuh" oleh Tuhan? Sentuhan mengandaikan kedekatan. Sentuhan selalu melibatkan dua pihak. Sebab siapa saja yang menyentuh, dengan sendirinya disentuh juga. Jika sentuhan itu jujur dan tanpa motivasi bengkok, maka sentuhan itu terasa sampai ke dalam lubuk hati. Sentuhan kasih sejati menggetarkan manusia, "merangkul", bahkan mampu mengubah manusia. Apalagi, kalau yang menyentuh dan yang disentuh ialah Tuhan sendiri!


Yang diceritakan dalam kisah panjang ini ialah proses berkembangnya iman. Perhatikanlah perempuan yang menderita pendarahan. Ia tahu bahwa ia dirongrong penyakit berkepanjangan. Ia tidak bisa menerimanya, tetapi ia tidak bisa juga melepaskan diri darinya. Mendengar tentang Yesus, ia berhenti putus asa. Dengan segenap ketidakberdayaannya ia datang kepada Yesus. Ia memang tidak berani menghadap-Nya muka dengan muka, sebab ia najis. Namun, karena ia mempercayakan seluruh hidupnya kepada Yesus, ia akhirnya menjalin relasi penuh kasih dengan Yesus.


Sekarang, cobalah memperhatikan Yairus. Ia tahu bahwa putrinya sakit keras dan bahwa hampir tidak ada harapan anaknya sembuh. Tetapi, ia berusaha mengatasi kepanikan hatinya, dan dia pun sembah sujud di hadapan Yesus. Artinya, dia pun mempercayakan masalah yang memberatkan hatinya ke dalam tangan Yesus. Setelah diberitahu bahwa anaknya sudah mati sekalipun, ia tetap mau mengikut Yesus. Ia menatap kematian dengan penuh percaya.


Mengapa kedua orang itu begitu nekat mempercayakan diri kepada Yesus? Sebab mereka percaya bahwa kehidupan selalu berakhir dengan kematian, tetapi begitu ada Yesus, kematian berubah menjadi kehidupan. Sebab Yesus adalah Jalan, Hidup, dan Kebenaran. Jalan menuju kebahagiaan sejati. Hidup sejati yang hanya ada pada Tuhan. Kebenaran, yaitu kehendak Tuhan yang tidak pernah menghendaki manusia itu mati.


* * * * *

Bunda Maria, engkau melahirkan Yesus yang pernah mati disalibkan. Tetapi, putramu itu bangkit, sebab Dialah Tuhan, Hidup yang sebenarnya. Tolonglah, agar kami jangan pernah putus asa dalam menghadapi kenyataan sehari-hari yang sering sangat pahit. Antarkanlah kami kepada Yesus, putramu, sebab kami merindukan-Nya setiap saat. Ave Maria, bunda tercinta! Engkau tak pernah mengecewakan kami!